Aku Bermimpi Melihat Surga
Sungguh, malam ketiga di Pangkalan Punai aku bermimpi melihat surga
Ternyata surga tidak megah, hanya sebuah istana keci di tengah hutan
Tidak ada bidadari seperti disebut di kitab-kitab suci
Aku meniti jembatan kecil
Seorang wanita berwajah jernih menyambutku
“Inilah surga” katanya.
Ia tersenyum, kerling matanya mengajaku menengadah
Seketika aku terkesiap oleh pantulan sinar matahari senja
Menyirami kubah-kubah istana
Mengapa sinar matahari berwarna perak, jingga, dan biru?
Sebuah keindahan yang asing
Di istana surga
Dahan-dahan pohon ara menjalar ke dalam kamar-kamar suci
Yang bertingkat-tingkat
Gelas-gelas kristal berdenting dialiri air zamzam
Menebarkan rasa kesejukan
Bunga petunia ditanam di dalam pot-pot kayu
Pot-pot itu digantungkan pada kosen-kosen jendela tua berwarna biru
Di beranda, lampu-lampu kecil disembunyikan di balik tilam,
indah sekali
Sinarnya memancarkan kedamaian
Tembus membelah perdu-perdu di halaman
Surga begitu sepi
Tapi aku tetap di sini
Karenaku ingat janjimu Tuhan
Kalau aku datang dengan berjalan
ENGKAU akan menjemputku dengan berlari-lari.
PUISI : Aku Bermimpi Melihat Surga di ambil dari novel Laskar Pelangi
tulisan Pak Adrea Hirata. Sebuah novel yg tersangat bagus
berbanding novel2 cinta yg bersepah di pasaran. Seorang pemimpin
bisa saja dianggap gelap hati dan tiada perasaan jika beliau membaca
novel ini tetapi langsung tidak mempedulikan soal pendidikan
lebih2 lg dikalangan rakyat miskin.
No comments:
Post a Comment